Rabu, 11 Mei 2011

STADION MAUT

STADION MAUT

Ini benar-benar wabah virus pengacau. Sejak tadi pagi yang ada hanya suasana “siap tempur”. “Siap tempur” dalam arti sesungguhnya, bukan siap tempur untuk pertandingan.
A..as..astaga, aku tidak percaya ini. Sekali lagi, ini hanya pertandingan sepak bola antar kampus. Bahkan penontonnya tak akan sampai memenuhi seperdelapan stadion, kebanyakan bahkan datang hanya untuk iseng. Tapi teman-temannya? Membuat strategi seperti akan menghadapai militer. Dan yang lebih menakjubkan, mereka semua membicarakan itu dengan perasaan heroic yang meluap-luap, dengan mata penuh semangat, dan energy yang dahsyat. Seolah-olah ini bukan perkara sepak bola, tapi perkara hidup dan mati, kehormatan laki-laki sejati. Seolah-olah negara ini dalam bahaya dan harus diselamatkan dari tangan perusuh.
“Thomas, kamu bawa ini.” Braakkkk !!! Sebuah kunci inggris mendarat dan meluncur di mejaku. Refleks kuhentikan luncurannya sebelum menabrak dadaku dan melukaiku, sebelum ia nanti melayang di stadion dan menjalankan “misi sebenarnya”, yaitu membuat kepala seorang bocah bocor.
Kuambil kunci itu pelan, dengan pikiran penuh pertanyaan. Aku? Disuruh membawa kunci inggris seberat setengah kilogram ke stadion sepak bola? Yang benar saja? Tali ranselku bisa putus!!. Mendadak perutku mulas. Rasanya nanti sore aku akan dikirim ke Medan perang maut, bukannya ke stadion yang gegap gempita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar